PENYAKIT PENCERNAAN PADA AYAM

Kesehatan saluran pencernaan sangat berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan produktivitas ayam. Kondisi kesehatan saluran pencernaan nantinya akan mempengaruhi proses pencernaan ransum dan penyerapan nutrisi. Seberapa pentingkah kita untuk memperhatikan kesehatan pencernaan ayam? Apa yang akan terjadi jika saluran pencernaan ayam mengalami gangguan? Berikut akan kami jabarkan bahasan tentang ciri penyakit yang terjadi di saluran pencernaan pada ayam.

Tantangan penyakit di lapangan yang sangat tinggi akan mempengaruhi panjang vili-vili usus sehingga penyerapan nutrisi akan terganggu. Berikut beberapa penyakit bakterial dan parasit yang berdampak pada gangguan pencernaan:

  1. Necrotic Enteritis (NE)

Berdasarkan data yang telah dirangkum oleh Technical Education and Consultation Medion (2017), kasus NE sering menyerang pada ayam pedaging umur 3-4 minggu, dan pada ayam petelur umur 3-8 bulan. Necrotic Enteritis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringens tipe A dan C.

Bakteri ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan (nekrosa) mukosa usus hingga kematian karena menghasilkan toksin (racun) yang dapat menyebar ke seluruh tubuh. Toksin alfa dihasilkan oleh Clostridium perfringens tipe A. Toksin alfa dan beta dihasilkan oleh Clostridium perfringens tipe C. Toksin inilah yang dapat menyebabkan nekrosa pada mukosa usus.

Bakteri Clostridium sp. secara luas banyak terdapat di tanah dan air, namun secara normal, di dalam usus ayam sehat terdapat bakteri Clostridium sp. dalam jumlah yang aman (tidak menyebabkan terjadinya outbreak penyakit, red). Saat kondisi ayam buruk dan didukung dengan kondisi lingkungan yang tidak nyaman (tantangan agen penyakit banyak, red) maka outbreak NE dapat terjadi.

Beberapa faktor pemicu kejadian NE adalah lingkungan yang tidak higienis seperti litter lembap/basah, stres, perubahan cuaca, serta adanya infeksi sekunder (koksidiosis, inclusion body hepatitis, Gumboro). Munculnya kasus NE biasanya dipicu oleh serangan koksidosis. Koksidiosis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa (bersel tunggal) dari genus Eimeria sp. Saat koksidiosis menyerang, akan terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan ileum (usus halus) serta peningkatan penguraian air tubuh sehingga dihasilkan banyak oksigen. Kerusakan usus oleh koksidiosis, menyebabkan usus tidak dapat bekerja menyerap nutrisi sehingga terjadi akumulasi nutrisi di dalam usus. Nutrisi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh bakteri Clostridium perfringens untuk berkembangbiak.

Perubahan viskositas isi usus juga dapat memicu terjadinya NE. Perubahan viskositas tersebut disebabkan oleh pemberian ransum dengan kandungan protein dan energi yang terlalu tinggi atau perubahan kandungan ransum yang mendadak.

2. Koksidiosis

Koksidiosis pada unggas disebabkan oleh parasit yaitu Eimeria sp. Ada 7 spesies Eimeria sp. yang menyebabkan sakit pada ayam, yaitu E. tenellaE. maximaE. necratixE. Acervulina, E. BrunettiE. Mitis, dan E. Praecox.

Setiap spesies Eimeria mempunyai predileksi (tempat kesukaan) tertentu dalam usus ayam, sehingga luka yang ditimbulkan juga akan berbeda-beda. Misalnya E. acervulina menyerang usus halus ayam dan tidak sampai menimbulkan pendarahan, karena yang dilukai hanya bagian permukaan (epitel) usus saja.

  1. Colibacillosis

Penyebabnya adalah bakteri Escherichia coli (E.coli). Bakteri E. coli merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan ayam dan dari seluruh E.coli yang ditemukan sekitar 10-15% berpotensi menjadi patogen. Jika dilihat dari umur serangan, pada ayam pedaging, colibacillosis sering menyerang di umur 3-4 minggu. Sedangkan pada ayam petelur di umur 4-8 bulan (Technical Education and Consultation Medion, 2017).

Bakteri E. coli tinggi konsentrasinya di dalam usus halus sekitar 10E. coli/gram. Bakteri tersebut menyebar dan mengkontaminasi debu, litter, dan air minum. Salah satu gejala klinis infeksi E. coli pada ayam yang dapat diamati adalah adanya diare berwarna kuning. Gejala klinis tersebut diikuti pula oleh perubahan patologi anatomi, dimana pada colibacillosis bentuk diare ditemukan usus yang mengalami peradangan (enteritis), sedangkan pada coligranuloma ditemukan adanya granuloma (bungkul-bungkul) pada hati, sekum, duodenum dan penggantung usus.

Dari data yang dihimpun oleh tim Technical Education and Consultation Medion (2017), diketahui bahwa penyakit colibacillosis dan koksidiosis masih sering menyerang di peternakan. Sebagian kasus penyakit pencernaan tersebut bersifat oportunis. Artinya bahwa secara normal mikroorganisme penyebab penyakit ada di dalam usus dalam jumlah yang terkendali, akan tetapi saat kondisi ayam menurun akibat stres dll., mikroorganisme tadi bisa berkembang menjadi patogen.

Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Pencernaan Ayam?

Untuk mendapatkan efektifitas biaya dan optimalisasi pertumbuhan dari ayam yang dipelihara, berkenaan dengan fungsi saluran pencernaan, maka sangat perlu untuk dilakukan:

  1. Menjaga kesehatan saluran pencernaan (usus) melalui penyediaan dan pemberian ransum dengan nilai nutrisi/gizi yang tepat.
  2. Mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam. Dalam mengurangi bibit penyakit yang ada di sekitar ayam maka langkah yang dapat ditempuh antara lain:
  1. Lakukan pembersihan kandang. Kebersihan kandang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kesehatan dan performa ayam. Saat kondisi kandang bersih, konsentrasi bibit penyakit akan berkurang sehingga tantangan penyakit akan menurun dan ayam bebas dari penyakit pencernaan.
  2. Setelah bersih dilanjutkan dengan pengapuran. Pengapuran kandang perlu dilakukan untuk mengurangi bibit penyakit, salah satunya koksidia penyebab koksidiosis.
  3. Istirahat kandang minimal selama 2 minggu dihitung setelah kandang sudah dalam keadaan bersih dan didesinfeksi. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup bibit penyakit.
  4. Lakukan desinfeksi kandang kosong dengan Sporades atau Formades. Pada 3 hari sebelum chicks in, lakukan kembali penyemprotan kandang beserta peralatannya baik tempat ransum maupun tempat minum dengan menggunakan Medisep.
  5. Tolak ukur kualitas air minum meliputi fisik (jernih, tidak berwarna dan berbau), kimia (pH netral dan tidak bersifat sadah) dan biologi (bebas dari cemaran E. coliSalmonella sp. atau mikroorganisme penyebab penyakit lainnya). Lakukan sanitasi air minum (Desinsep) jika sumber air positif tercemar E. coli serta bakteri lain. Jangan lupa juga untuk selalu menjaga kebersihan tempat minum dari kontaminasi seperti feses dan litter.
  6. Lakukan monitoring terhadap konsumsi ransum. Selain itu lakukan pembolak-balikan ransum secara periodik untuk meningkatkan nafsu makan.
  7. Perhatikan suhu, kelembaban, ventilasi, kepadatan kandang serta kualitas litter atau sekam terutama pada musim penghujan seperti sekarang ini. Dalam manajemen litter, lakukan pembolak-balikan litter untuk mencegah litter basah. Segera ganti litter yang basah dan menggumpal. Jika jumlah yang menggumpal sedikit, maka dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang.
  8. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan pencernaan dapat dilakukan pemberian multivitamin (Vita Stress) maupun produk herbal imunostimulan (Imustim) yang dapat meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh.